Pecahan Impian

IconNameRarityFamily
Pecahan Impian: Cahaya Bulan
Pecahan Impian: Cahaya Bulan4
RarstrRarstrRarstrRarstr
Book, Pecahan Impian
Pecahan Impian: Kaca Kristal
Pecahan Impian: Kaca Kristal4
RarstrRarstrRarstrRarstr
Book, Pecahan Impian
Pecahan Impian: Batu Safir
Pecahan Impian: Batu Safir4
RarstrRarstrRarstrRarstr
Book, Pecahan Impian
Pecahan Impian: Hati Batu
Pecahan Impian: Hati Batu4
RarstrRarstrRarstrRarstr
Book, Pecahan Impian
items per Page
PrevNext
Table of Content
Pecahan Impian: Cahaya Bulan
Pecahan Impian: Kaca Kristal
Pecahan Impian: Batu Safir
Pecahan Impian: Hati Batu

Pecahan Impian: Cahaya Bulan

Pecahan Impian: Cahaya Bulan
Pecahan Impian: Cahaya BulanNamePecahan Impian: Cahaya Bulan
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Pecahan Impian
RarityRaritystrRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionSebuah kumpulan cerita fantasi yang sangat populer di Teyvat. Bercerita tentang kisah sebuah toko barang antik yang misterius.
- Sinar Bulan -
Dikatakan bahwa di kota, ada sebuah sudut kecil yang terlupakan oleh angin.
Untuk mencapai tempat tersebut seseorang harus berdiri di depan air mancur dan menutup matanya, lalu tunggu selama tiga puluh lima detak jantung, kemudian berjalan tujuh putaran sesuai arah jarum jam memutari air mancur tersebut lalu diikuti tujuh putaran selanjutnya melawan arah jarum jam. Saat membuka mata, dia akan tiba di sebuah toko kecil…

————

"Permisi, ada orang di sini?"
Veiga bertanya dengan ragu sambil melangkah melewati pintu.
Ketika pintu di belakangnya tertutup, bel yang tergantung di pintu pun berbunyi, suaranya yang nyaring memenuhi ruangan yang remang-remang itu.
Cahaya senja yang remang merembes lembut melalui kaca etalase yang buram. Tumpukan benda-benda aneh memenuhi setiap sudut ruangan. Veiga berjalan dengan hati-hati, takut menginjak sesuatu atau merusaknya.
Tidak ada jawaban.
Veiga mulai memeriksa benda-benda aneh di sekitarnya dengan lebih saksama: komponen mekanis yang tidak jelas; lira kuno yang penuh hiasan; ubin keramik rusak dengan simbol-simbol yang sulit dipahami; sepasang borgol tua, berkarat dan banyak goresan karena telah bertahun-tahun digunakan; mahkota terlupakan yang dulunya adalah milik seorang bangsawan…
Saat dia sedang meneliti barang-barang yang sudah tidak berguna tersebut, tiba-tiba pelayan toko muncul di sebelahnya. Pelayan itu mempunyai mata seperti rubah, dengan pupil yang tipis dan panjang di tengahnya.
"Taring itu dulunya milik sang raja serigala. Selain para dewa, mungkin benda itu adalah satu-satunya yang ingat bahwa tanah ini dulunya… setiap sudutnya dipenuhi oleh es dan salju."
Dia berkata dengan lembut,
"Selamat datang. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"

"Apakah kau mempunyai sesuatu yang dapat membuat seseorang menjadi...lupa?"
"Oh, tentu saja."
Veiga mencengkram dadanya dan bertanya lebih lanjut.
"Untuk melupakan segalanya? Meski...seseorang yang sangat penting sekalipun?"
Ekspresi pelayan toko bermata rubah itu berubah menjadi serius, dia mengangguk dan berkata:
"Aku tahu, orang yang ingin kamu lupakan adalah seorang pria dengan mata sejernih cahaya rembulan. Dia telah lama menghilang, dan meninggalkan kekosongan yang dalam di hatimu. Tidak ada yang bisa mengisi kekosongan itu... segalanya, tidak peduli sebahagia apa pun itu, terasa jauh dan di luar jangkauan... sama seperti cahaya rembulan di hadapanmu."
Veiga terdiam terpaku. Hanya bisa mengangguk perlahan.
Pelayan toko bermata rubah tersenyum, dan entah dari mana asalnya, mengeluarkan sebotol anggur.
"Anggur ini akan membantu melupakan penderitaanmu."
"Pada zaman kuno di mana angin es masih menderu, leluhur kita diam-diam meramu anggur ini jauh di dalam tanah berlapis es dan salju untuk memberi mereka kekuatan bertahan hidup. Kemudian metode pembuatan anggur ini sudah lama terlupakan saat orang-orang hidup dalam keharmonisan dan kebahagiaan."
Dia menggoyangkan botol anggur itu perlahan.
"Tidak banyak yang tersisa. Dan melihat kamu sepertinya terhubung dengan toko kami, kuberikan gratis untukmu. Tentunya, jika memang ini yang benar-benar kamu inginkan..."
Veiga mengambil gelas anggur dari tangan pelayan toko bermata rubah itu.
Gelas itu dulunya pasti dihiasi dengan banyak batu permata. Namun setelah banyak yang diambil kini yang tersisa hanyalah gelas kosong yang terlihat kesepian...

Saat Veiga tersadar kembali dia sudah berdiri di depan air mancur.
"Eh? Apa yang kulakukan di sini?" Dia berpikir sambil berjalan pulang menuju rumahnya di bawah sinar rembulan. Matahari sudah lama tenggelam, dan jika dia tidak segera pulang...
Dia sudah lupa segala hal mengenai toko aneh itu, dari jalan yang membuatnya tiba di sana sampai segala hal yang terjadi di sana.

————

"Dia telah pergi."
Pelayan toko bermata rubah itu berkata, setelah pintu tertutup dan bel berhenti berdering.
Seorang pemuda yang memiliki mata sejernih cahaya rembulan, muncul dari belakang toko.
"Terima kasih banyak."
"Sudah berapa kali dia datang?"
"Enam...tidak, tujuh kali." Pemuda itu terlihat ragu untuk beberapa saat, dan kembali bertanya, "Apakah anggurnya benar-benar berhasil? Bukannya aku tidak percaya padamu, hanya saja..."
Pelayan toko itu tersenyum misterius.
"Siapa pun yang meminum anggur ini akan melupakan rasa sakitnya. Tapi kenangannya bersamamu bukan hal menyakitkan baginya. Anggur ini hanya akan membantunya untuk melupakan sementara rasa sakit karena kehilanganmu.
"Kapanpun dia melihat cahaya rembulan, dia akan melihat bayanganmu, dan kenangannya akan dirimu pasti datang kembali...saat kalian bertemu di Ludi Harpastum, waktu yang kalian habiskan di bawah pohon di Windrise, pemandangan Cape Oath, saat klian berdua menyelinap keluar bersama dari perayaan musim panas, bergandengan tangan, lagu dan mantel bulu yang kamu berikan padanya...Semua itu adalah kenangan yang tidak akan pernah dia lepaskan."
"...ada pula anggur lain di tokoku yang bisa membuat seseorang benar-benar melupakan segalanya. Jika kamu mau, apa aku harus memberikannya juga?"
Dia tersenyum simpul dan menatap pemuda itu, seraya pemuda itu menghela napas.

"Sejujurnya, mengapa kamu bersikeras ingin meninggalkannya?"
"Ah...sebenarnya, ini penyebabnya."
Pemuda itu merogoh saku di dadanya dan mengeluarkan sebuah benda bulat yang terbuat dari kristal. Simbol-simbol tak dikenal terlihat samar-samar bersinar di dalamnya.
"Aku mendengar bahwa mereka yang mendapatkan benda ini suatu hari akan menghilang dari dunia ini."
"Jika memang benar, maka lebaih baik aku segera pergi. Dia masih muda, lebih cepat dia melupakanku lebih baik."
"Ternyata begitu." Pelayan toko itu menyeringai. "Jadi kamu juga adalah salah satu yang terpilih."
"Tapi tahukah kamu apa yang akan terjadi pada orang yang terpilih?"
Pemuda itu bertanya dengan semangat.
Dia tersenyum simpul namun tidak menjawab.
"Aku harus pergi. Sekarang aku adalah pemilik dari benda ini, sepertinya aku memang harus melakukan apa yang seharusnya aku lakukan."
"Dan jika dia kembali, apa yang harus kulakukan?"
"Maka...Biarkan saja dia memutuskan sendiri."
"Benar-benar pria yang kejam."

Pecahan Impian: Kaca Kristal

Pecahan Impian: Kaca Kristal
Pecahan Impian: Kaca KristalNamePecahan Impian: Kaca Kristal
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Pecahan Impian
RarityRaritystrRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionSebuah kumpulan cerita fantasi yang sangat populer di Teyvat. Bercerita tentang kisah sebuah toko barang antik yang misterius.
- Kristal -
Dikatakan bahwa ada sebuah sudut pelabuhan yang telah terlupakan oleh gunung bebatuan dan ombak yang berderu.
Untuk mencapai tempat tersebut seseorang harus berdiri menghadap angin laut dan menutup mata, berjalan empat puluh sembilan langkah menjauh dari keramaian, lalu tunggu sampai suara detak jantung sendiri meredam suara di sekitar. Saat membuka mata, maka seseorang itu akan tiba di sebuah toko kecil...

————

"Apa ada orang di sini?" Yu'an memanggil.
Dengan ragu dia melangkah masuk ke dalam toko. Suara bel masih terus berbunyi walau pintu sudah ditutup seraya pemuda itu tetap berjalan masuk.
Suara debur ombak terdengar samar ke dalam toko, bagaikan sebuah kenangan. Berbagai tumpukan artefak acak memenuhi isi toko dari tempat dia berdiri sampai ke ujung toko yang sempit itu. Yu’an memandang berbagai barang di toko dengan gugup, sedikit khawatir jubahnya akan tertutup oleh debu yang mungkin saja lebih tua dari dirinya.
Lentera kuno dari kertas yang kini telah menguning, taring raksasa dari monster yang tak diketahui, meteorit gelap, benda geometris berwarna emas kusam dibuat dari bahan yang tidak diketahui...
Saat dia mengambil sebuah botol berisi bubuk kristal berwarna putih, dia mendengar suara di sebelahnya.
"Itu adalah garam yang terbentuk dari air mata Archon kuno-"
Terkejut oleh suara yang terdengar tiba-tiba bagaikan melemmpar batu di atas air yang tenang, tanpa sengaja dia menjatuhkan botol tersebut.
Namun suara pecahan yang telah diantisipasinya tidak pernah terdengar. Pelayan toko yang mempunyai mata seperti rubah dengan garis tipis pada pupilnya, entah kapan telah menangkap botol itu dan menaruhnya di rak seperti semula.

"Aku em... eh aneh sekali, aku tidak ingat siapa ya yang merekomendasikan tempat ini padaku?"
Dia mengangguk perlahan, namun tidak berkomentar apa pun.
"Selamat datang. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"
"Aku mencari sebuah hadiah...untuk gadis yang aku suka."
"Aku telah berpikir untuk melamarnya, dan aku pikir akan lebih baik jika aku memiliki hadiah yang cocok."
Yu'an menggigit bibir bawahnya dengan gugup seraya menatap pelayan toko itu. Dia mempunyai mata berwarna emas yang mengingatkannya dengan Cor Lapis.
Setelah lama menatapnya, pelayan itu membalas: "Aku mengerti."

Sosoknya yang ramping menghilang ke dalam toko.
Sesaat dia kembali, membawa sebuah objek di tangannya yang bercahaya warna-warni samar. Saat diteliti lebih dekat, ternyata itu adalah sebuah kristal sepuluh sisi yang sangat indah.
"Aku yakin kamu pernah mendengar legenda tentang kristal hati?"
Walau pemuda itu belum pernah mendengarnya, namun dia tetap mengangguk.
"Terbentuk dari berbagai kristal. Versi buatan manusianya juga ada, namun hanyalah berupa tiruan palsu. Kristal Terang yang sesungguhnya mampu memperlihatkan rahasia hati seseorang, karena kristal tersebut terbentuk dari kesedihan dan harapan hewan pusaka yang tak terpenuhi, yang terpendam sampai akhir hayatnya. Silakan dilihat..."
Dia memberi isyarat kepada Yu'an yang melihat sebuah gambar samar-samar muncul dari dalam kristal.
Puluhan ribu tahun melintas di hadapannya, bak awan-awan yang kian berubah, bintang menjadi air; air menjadi tanah; salju menjadi padang rumput yang hijau; dan sungai-sungai memotong melalui kota. Dia menyaksikan bagaimana kota-kota terbentuk bagaikan sarang semut, dan kerajaan-kerajaan tumbang seperti terbuat dari balok-balok mainan...

Senja memudar. Sinar bulan melintasi lautan. Ketika Yu'an sadar, dia sudah berjalan di area dermaga pelabuhan.
Kristal yang dia genggam erat di tangannya menjadi hangat, seolah aliran darah mengalir di dalamnya.
"ini memang kristal hati yang luar biasa." Dia bergumam seraya mempercepat langkahnya saat berjalan di bawah rembulan. "Yang harus kulakukan adalah memberikan ini padanya...Setelah itu maka aku harus...aku pasti..."

————

Sebuah bel yang terikat di pintu berbunyi kencang.
"Selamat datang. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"
"Aku mau menukar ini-em... aku tidak tahu apakah ini bisa disebut sebuah permata atau bukan."
Cahaya kristal tersebut bersinar terang menyinari seluruh ruangan.
"Ini diberikan oleh pria yang melamarku. Dia bilang jika aku melihatnya bersama maka kami akan melihat banyak hal indah bersama."
"Tapi entah kenapa ini membuatku tak nyaman. Meskipun permata ini indah tapi mengingatnya membuatku kesal. Jadi kuharap aku bisa menjual permata ini di sini."
"Aku mengerti. Tapi ini adalah kristal sepuluh sisi yang sangat mahal harganya. Kamu ingin menjualnya seharga berapa Mora?"
"Sebenarnya, aku tidak butuh uang. Tapi biar kulihat...eh, ini garam? Sudah waktunya aku pergi ke Sal Terrae untuk memberi penghormatan. Jika kamu tak keberatan, aku akan mengambil garam ini sebagai ganti kristal."

————

Pelayan toko bermata rubah itu duduk sendiri di belakang toko, memutar kristal yang indah itu di tangannya.
"Melaluimu, aku telah melihat banyak hal tak menyenangkan. Sifat asli dari orang itu...sungguh tak menyenangkan."
"Tapi, dia hanyalah seorang pemuda biasa yang berharap untuk menikahi putri dari keluarga kaya dan bergengsi di industri garam, dan akan melakukan apa pun untuk mencapai tujuannya. Jika hal ini tidak terungkap, mungkin saja saat ini mereka masih menikmati hidup indah bersama walau tidak mempunyai perasaan yang sama. Karena bagaimanapun juga, kebahagiaan berasal dari pikiran, tidak ada hubungannya dengan cinta."
Dia meneguk anggur dan tersenyum mencemooh atas pemikirannya sendiri.
"Tapi faktanya, aku tidak bisa menoleransi orang seperti itu."
"Di sisi lain, dia begitu mudah percaya dengan orang lain. Aku tahu bahwa saat dia melangkah keluar dari pintu itu, kita tidak akan pernah bertemu lagi. Jadi kenapa tidak aku ungkapkan sedikit kebenaran saja padanya? Sebaliknya, semakin dekat dua orang, semakin banyak pula yang dia harapkan, dan karenanya kamu harus berhati-hati. Tapi bagaimana dia bisa tahu..."

"Maaf, ini semua seperti dipaksakan kepadamu. Tapi senang rasanya memiliki ini kembali." Dia menurunkan pandangannya dan melanjutkan, "Bagaimanapun juga, ini adalah hatimu yang kamu tinggalkan. Aku pasti akan menjaganya… Tapi tidakkah kamu pikir ini menarik? Sekali-sekali melihat dunia, melihat bagaimana manusia di zaman sekarang ini?"

Pecahan Impian: Batu Safir

Pecahan Impian: Batu Safir
Pecahan Impian: Batu SafirNamePecahan Impian: Batu Safir
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Pecahan Impian
RarityRaritystrRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionSebuah kumpulan cerita fantasi yang sangat populer di Teyvat. Bercerita tentang kisah sebuah toko barang antik yang misterius.
- Batu Safir -
Dikatakan bahwa di kota, ada sebuah sudut kecil yang terlupakan oleh angin.
Untuk mencapai tempat tersebut seseorang harus berdiri di tengah plaza dan menutup mata, berjalan tujuh putaran searah jarum jam mengitari plaza lalu diikuti dengan tujuh putaran melawan arah jarum jam, melangkah empat puluh langkah ke depan lalu tunggu sampai suara kicauan burung tidak lagi terdengar. Saat seseorang membuka mata, dia akan menemukan dirinya tiba di sebuah toko kecil...

————

Pelayan toko yang mempunyai mata seperti rubah dengan garis tipis di pupilnya, membuka pintu kaca itu dan membiarkan cahaya bulan masuk, seolah menyapu debu dari langit malam yang bertabur di meja.
Semuanya, dari bunga-bunga antik, harpastum yang tertutup debu, dan buku-buku tua yang sudah tak terbaca akibat erosi bertahun-tahun, busur tua tanpa tali, tampak seperti ruang mewah bangsawan di masa lampau. Dilapisi cahaya perak walaupun cahayanya berasal dari langit malam yang dingin.

"Hei. Bagaimana bisnis akhir-akhir ini?"
Sebuah salam yang tak biasa terdengar dari suatu tempat di belakang toko.
Pelayan toko itu berbalik. Seorang pelanggan yang terlihat familier duduk di lengan kursi, di sisi toko yang tidak dapat dijangkau oleh cahaya bulan.

"Bisnis baik-baik saja. Tapi sepertinya aku perlu berhati-hati dengan pencuri."
Pelayan toko membalas dengan senyum simpul.
"Apa kau ingin mengusir pelanggan lamamu?"
Pelanggan itu menghela napas, "Lagi pula, tidak ada benda berharga apa pun di tokomu yang dapat kubeli. Jika aku benar-benar harus memilih..."

"Hm... jadi bagaimana perburuanmu?"
"Apa maksudmu? Apa kamu kira aku di sini hanya untuk menaruh barang curianku?"
Sang "pemburu" mendengus kesal atas tuduhan si pelayan toko. Namun si pelayan tetap tersenyum.
"Tentu saja tidak, kamu sekalipun tidak pernah mengatakan kata "mencuri" sebelumnya."
"Sebaliknya... semua "pindah tangan", "hadiah", "donasi", "hadiah penghargaan" dan seterusnya yang telah kamu berikan dengan murah hati selama bertahun-tahun... Pasti membuatmu menjadi pencuri paling murah hati."

"Tapi sekarang aku datang bukan untuk itu. Kali ini aku datang untuk meminta sesuatu darimu... anggur itu. Anggur yang dapat membuatmu melupakan orang yang kamu rindukan."
Dia memang seorang pencuri, kata-katanya memang tak sopan namun senyumnya penuh ketulusan.

"Sangat disayangkan, sudah ada orang yang membelinya."
Dia menatap dan entah bagaimana kini pelayan itu memegang sebotol anggur yang tadinya telah dia masukkan diam-diam ke dalam saku dadanya.
"Setiap barang di toko ini mempunyai takdir. Barang ini telah dibeli oleh seorang pelanggan yang akan muncul di kemudian hari."
"Sepertinya tanganmu lebih cepat dari tanganku, sungguh memalukan bagiku."
Pencuri muda itu tersenyum pilu.
"Baru-baru ini aku menyadari bahwa perasaan merindukan seseorang jauh lebih berat daripada membawa emas. Dalam bidang pekerjaanku selamanya aku harus melompat di antara atap dan berlari di antara balok-balok bangunan. Aku harus membuang beban-beban yang tak dibutuhkan."
"...aku terkadang berpikir, apakah gadis bermata biru safir itu merasakan beban yang sama sepertiku?"

————

Tiba-tiba, pelayan toko dikejutkan oleh suara bel dari pintu.
Pelanggan yang baru saja tiba adalah seorang penyihir bermata biru dengan perawakan yang tinggi ramping dan memegang sebuah tonggak. Tanda-tanda di wajahnya menjadi bukti dari penganiayaan bangsawan kepadanya.
Tanpa menghiraukan berbagai barang di sekitar toko, dia langsung menghampiri meja toko bagaikan pedang yang menerjang ke jantung lawannya.

"Selamat datang. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"
"Aku mempunyai barang yang ingin kutukarkan."
Suaranya terdengar dingin namun rapuh, seperti sebuah es tipis saat hancur. Penyihir itu berbicara seraya meletakkan sebuah kristal biru di atas meja.
"Seorang pencuri mencabut ini dari piala perak milik bangsawan. Dia memberikannya padaku sebagai hadiah lalu aku dihukum oleh tuanku karena ini."
"Walaupun sudah sekian tahun berlalu. Aku pikir dengan seiring berlalunya waktu maka amarahku akan reda dan keinginanku untuk melihatnya lagi akan sirna..."

"Baiklah. Kau ingin menjualnya seharga berapa Mora?"
Penyihir itu menunjuk ke arah lemari peralatan makanan, di mana terdapat sebuah piala berak bangsawan dengan permata yang hilang.
Pelayan toko bermata rubah itu memutar kristal di tangannya, memenuhi ruangan dengan cahaya biru menyilaukan yang memantul dari permukaannya.
"Aku mengerti. Jika memang itu yang kamu inginkan..."

Ketika seseorang menghadapi rintangan, kekhawatiran bahwa sesuatu akan berakhir tanpa hasil mulai timbul. Rasa takut pun akhirnya merasuki pikiran.
Kematian mengikuti jejak rasa takut, seperti hawa yang dingin dan basah merasuk ke dalam sumsum tulang.
Bagi banyak orang, hanya pada saat kematian menghampiri barulah mereka sadar bahwa kelemahan mereka berakibat fatal. Dan pada suatu waktu, akhirnya kelemahan mereka terungkap.

Pelayan itu mengangkat kristal biru tersebut di bawah cahaya bulan dan menatap dengan mata rubahnya. Dia melihat dengan saksama ketika simbol dari keluarga yang berkuasa muncul, menghilang, dan muncul kembali pada permukaan kristal tersebut.
Legenda mengatakan bahwa melihat batu permata murni pada waktu tertentu dapat mengungkapkan masa lalu, masa depan, dan bahkan sifat asli seseorang. Sama seperti legenda yang mengatakan bahwa di suatu tempat di dunia ada padang dandelion seluas lautan. Atau bahwa pernah ada tiga bulan di angkasa bernama Aria, Sonnet dan Canon, tiga saudari yang terpisahkan karena kematian oleh bencana besar. Atau juga pernah ada seorang penyihir yang bisa melihat kematian sebelum terjadi namun akhirnya meninggal karena patah hati, karena seseorang yang mencuri hatinya menunggunya nun jauh di sana, rindu ingin bertemu kembali.
Satu hal yang dia tahu pasti bahwa walaupun dia membuang benda-benda ini, namun legenda yang melekat pada benda-benda tersebut tidak akan hilang dan akhir dari cerita-cerita tersebut tidak akan berubah.
Karena itu, akan lebih baik baginya untuk mengabadikan legenda dan cerita itu di tokonya.

Pecahan Impian: Hati Batu

Pecahan Impian: Hati Batu
Pecahan Impian: Hati BatuNamePecahan Impian: Hati Batu
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Pecahan Impian
RarityRaritystrRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionSebuah kumpulan cerita fantasi yang sangat populer di Teyvat. Bercerita tentang kisah sebuah toko barang antik yang misterius.
- Hati Batu -
Dikatakan bahwa ada sebuah sudut pelabuhan yang telah terlupakan oleh gunung bebatuan dan ombak yang berderu.
Untuk mencapai tempat itu seseorang harus berdiri menghadap angin laut dan memejamkan mata, berjalan empat puluh Sembilan langkah menjauh dari hiruk pikuk jalanan kota lalu tunggu sampai keheningan menenggelamkan suara di sekitar dan yang terdengar hanyalah detak jantungnya sendiri. Saat seseorang itu membuka mata, maka dia akan menemukan dirinya tiba di sebuah toko kecil…

————

"Apa ada orang di sini?" Pemuda yang memakai jubah jerami itu mengetuk pintu dan memanggil.
Dia mengintip melalui kaca jendela berdebu dan melihat barang di dalam toko. Sebotol stardust berkilauan, sebilah belati patah bagai es, lukisan gulung yang telah menguning, ramuan dengan aura misterius, ubin tipis yang dilapisi dengan zat seperti gel…
Dia memasuki toko itu dan seketika pintu di belakangnya tertutup.
Dia berjalan dan mulai meneliti barang-barang antik yang indah di dalam toko. Barang-barang itu terlihat seperti peninggalan masa lampau. Sampai tiba-tiba suara lembut seorang wanita muncul di sebelahnya.
"Selamat datang. Apa ada sesuatu yang menarik perhatianmu?"

Terkejut, dia berbalik dan melihat pelayan toko bermata rubah yang tersenyum simpul.
"Ah aku mencari sebuah benda yang dapat membalaskan dendam masa lalu."
Pemuda itu berbicara dengan suara yang jernih dan bergema namun ada sedikit kekhawatiran di dalamnya.
"Begitukah? Aku mengerti..."
Pelayan toko bermata emas yang seperti rubah itu berkedip seraya memperhatikan pelanggan di hadapannya yang masih memakai jubah jerami basah dan mengangguk.
Dia berjongkok dan mencari di bawah lemari. Dan saat dia berdiri kembali, dia memegang sebuah Cor Lapis yang indah di tangannya.

Cor Lapis di tangannya memancarkan sinar emas yang lembut, sama seperti matanya.
Pemuda itu mengambil dan menelitinya di bawah cahaya rembulan. Di bawah cahaya, Cor Lapis seolah mengungkapkan apa yang tersembunyi di balik cahaya emasnya yang lembut.
Tangannya masih gemetar.

"Cor Lapis adalah jiwa batu. Bahkan batu yang paling keras dan tangguh pun pada akhirnya akan menghasilkan jiwa yang jernih dan murni."
Suara dari pelayan toko tampak seperti terdengar dari jauh, dan pemuda itu mengangguk.
"Inilah benda yang aku inginkan."
Pemuda itu menjawab dengan suara berat dan meletakkan sejumlah Mora dalam jumlah besar di atas meja. Lalu pergi meninggalkan toko ke dalam hujan malam.

————

"Itulah yang terjadi."
Setelah pelayan toko berbicara, dia memicingkan matanya yang seperti rubah dan meneliti pelanggan di hadapannya.
"Apa dia tidak bicara apa-apa?"
Melihat penampilannya, pemuda ini sepertinya seorang penambang. Matanya seolah tidak bisa menyembunyikan kekhawatiran dirinya namun pelayan toko hanya menggelengkan kepalanya.
"Dia meninggalkan sejumlah besar Mora dengan jejak darah di bungkusnya."
Suara dari pelayan toko itu bagaikan air yang tenang namun dingin.

"Inilah benda yang aku cari."
Pemuda itu menghela napas. Sepertinya dia ingin menghindari pandangan pelayan toko bermata rubah itu.
"Sebagai gantinya, aku akan memberimu sebuah cerita."
Pelayan toko itu mengangguk dan mengisyaratkan kepadanya untuk melanjutkan.
"Pemuda yang memakai jas hujan dari jerami itu... Dulu aku sering menambang bersamanya, di atas gunung. Aku ingin menjadi terkenal, sedangkan dia hanya ingin membiayai keluarganya..."
"Pada suatu malam saat hujan kami memecahkan sebuah batu dan menemukan Cor Lapis di dalamnya. Cahaya keemasan murni yang terpancar di permukaannya sungguh lebih menakjubkan daripada semua keajaiban Jueyun Karst yang disatukan..."
"Kami setuju untuk membagi dua hasilnya sama rata saat tiba di pelabuhan Liyue. Tapi malam itu, di bawah deru hujan yang deras...aku diam-diam membuat clifftop sebagai tempat peristirahatan terakhirnya..."
"Aku melakukannya karena aku takut aku tidak bisa memercayainya... Aku tidak bisa memercayai janji yang selain diri kami, hanya Adeptus yang dapat mendengarnya dan mereka mungkin saja hanya imajinasi belaka."
"Jadi... Ketakutan mengalahkanku. Aku lebih rela menumpahkan darah daripada harus mengambil risiko bepergian dengan orang asing..."

"Pagi berikutnya, aku melepas tali dan menuruni tebing. Aku telah menuruni tangga keempat, kelima, dan keenam hingga menginjak sebuah batu saat tiba-tiba aku merasa getaran pada tali di tanganku… Getaran tak menyenangkan yang merasuk sampai ke sumsum tulang…"
"Aku mengangkat kepalaku untuk melihat talinya, tapi sudah terlambat..."
"Hal terakhir yang kulihat adalah serat tali yang terputus di ujungnya..."
"Aku tahu itu akibat dari potongan pisau."

"Jadi, kalian akhirnya berhasil melunasi utang satu sama lain."
Pelayan toko bermata rubah itu hanya tersenyum simpul.
"Dia mengambil Cor Lapis dan kamu mengambil banyak uang."
Pemuda itu tidak berkata apa-apa.

————

Legenda mengatakan bahwa Cor Lapis adalah jiwa batu tanah dan semakin kuat kekuatan kehidupan batu itu, semakin kuat pula kekuatannya untuk memperlihatkan sifat asli seseorang.
Banyak yang mengatakan bahwa biarpun pemiliknya telah meninggalkan dunia ini tapi Cor Lapis akan tetap membawa keinginan yang tak tercapai dan penyesalan mendalam, menunggu seseorang untuk dapat memenuhinya.
Begitulah menurut legenda.
Kurang lebih empat jam telah berlalu sejak dua pelanggan aneh itu meninggalkan tokonya. Dan hujan masih terus turun deras.
Pelayan toko berdiri di jendela untuk waktu lama, mengintip jalanan gelap di luar yang terbalut kabut dan hujan.
"Tapi... apakah dendam dan utang itu benar-benar sudah lunas? Apa mereka kini benar-benar bebas?"
Dia seolah berbicara kepada hujan yang dia sendiri tahu tidak akan pernah bisa memberinya jawaban.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopButton