Catatan Jueyun

IconNameRarityFamily
Catatan Jueyun: Monster Batu
Catatan Jueyun: Monster Batu3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
Catatan Jueyun: Kuil Dasar Laut
Catatan Jueyun: Kuil Dasar Laut3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
Catatan Jueyun: Wuwang
Catatan Jueyun: Wuwang3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
Catatan Jueyun: Peri Gunung
Catatan Jueyun: Peri Gunung3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
Catatan Jueyun: Qilin
Catatan Jueyun: Qilin3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
Catatan Jueyun: Giok Tersembunyi
Catatan Jueyun: Giok Tersembunyi3
RarstrRarstrRarstr
Book, Catatan Jueyun
items per Page
PrevNext
Table of Content
Catatan Jueyun: Monster Batu
Catatan Jueyun: Kuil Dasar Laut
Catatan Jueyun: Wuwang
Catatan Jueyun: Peri Gunung
Catatan Jueyun: Qilin
Catatan Jueyun: Giok Tersembunyi

Catatan Jueyun: Monster Batu

Catatan Jueyun: Monster Batu
Catatan Jueyun: Monster BatuNameCatatan Jueyun: Monster Batu
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKumpulan cerita rakyat, mitos, dan legenda dari Liyue. Isinya sangat menarik. Bagian ini berisi tentang legenda Monster Batu.
- Makhluk Batu -
Patung-patung batu muncul di seluruh tanah Liyue. Kebanyakan dibuat oleh orang-orang lokal yang berdoa untuk cuaca yang baik dan kedamaian yang kokoh seperti gunung. Namun diketahui bahwa beberapa memiliki sejarah kuno.
Satu kisah mengenai patung binatang yang sangat terkenal di antara para nelayan Bishui River, pemanen Silvergrass dari Dihua Marsh, dan kumpulan penambang tua. Katanya di salah satu sudut lahan, binatang buas kuno terbangun di malam hari dalam dinginnya musim gugur dan melihat dunia yang perlahan menjadi asing bagi mereka. Mendengar suara katak dan serangga menyambut mereka, mereka menanggapi dengan tangisan pilu dan suara parau. Lalu mereka sekali lagi menjelajahi Liyue, melihat sekali lagi tanah yang pernah mereka lindungi.
Berdasarkan pengetahuanku, tidak pernah ada seorang pun yang melihat secara langsung monster batu bergerak. Namun, penduduk lokal yang sangat mengenal daerah itu sudah lama mengamati dan menerima fenomena bahwa patung-patung binatang itu dapat berpindah lokasi dan posisi saat malam hari. Sementara itu, orang yang suka berkemah di situ sering kali berkata mereka mendengar suara tengah malam seperti air mengalir namun lebih berat.
Mengenai dari mana monster-monster batu itu berasal, para tetua dari Desa Qingce mengatakan mereka adalah monster yang dulu pernah bertempur bersama Rex Lapis pada perang Archon. Setelah perang berakhir, ombak berlalu dan kedamaian kembali. Para monster itu tidak lagi diharuskan untuk melindungi rakyat, satu per satu dari mereka pergi ke berbagai tempat terpencil kota itu. Di sana mereka hidup bebas dari dunia fana.
Namun beberapa dari mereka masih teringat dengan hari-hari lampau di mana mereka masih melayani di bawah pimpinan Rex Lapis, saat mereka masih melindungi Liyue selama bertahun-tahun. Walau mereka bukan berasal dari dunia fana, mereka juga tidak abadi. Bagi mereka pun, hidup suatu hari nanti akan berakhir. Karenanya mereka memohon kepada Rex Lapis untuk mengubah tubuh fana mereka menjadi batu. Sang Archon Geo yang maha pengasih mengabulkan permintaan mereka dan memberikan apa yang mereka mau.

Catatan Jueyun: Kuil Dasar Laut

Catatan Jueyun: Kuil Dasar Laut
Catatan Jueyun: Kuil Dasar LautNameCatatan Jueyun: Kuil Dasar Laut
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKumpulan cerita rakyat, mitos, dan legenda dari Liyue. Isinya sangat menarik. Bagian ini berisi tentang cerita fiksi zaman dahulu.
- Kuil Dasar Laut -
Hari menyambut mempelai pengantin telah tiba.
Dewa laut terlihat begitu agung saat dia duduk di tengah panggung di dalam kerang raksasa itu, seraya memegang dua ular laut di tangannya. Mereka berdiri setinggi Mt. Tianheng di hadapan kereta kerajaan saat tuan mereka menerima hadiah berupa mutiara dari para tetua desa dan menyambut pengantin barunya di atas kereta. Sebagai gantinya, seluruh desa akan menerima berkah dari Dewa Laut yakni satu tahun bebas dari bencana dan tsunami.

Pengantin perempuan dibawa pergi ke suatu tempat yang jauh di dalam ombak, jauh dari rumah, jauh dari kerumunan orang yang merayakan festival, dan jauh dari ibunya sendirian. Dewa laut membawanya ke sepanjang koridor luas yang terbuat dari tengkorak paus yang telah mati, mengarah ke gerbang megah yang dihiasi dengan mutiara bersinar dan kerang berwarna-warni. Sampai akhirnya, pengantin muda tiba di istana yang dibuat oleh Dewa Laut untuknya. Istana yang akan menjadi rumah barunya.
"Aku tidak pernah berencana untuk ikut campur masalah manusia," terdengar suara dewa di dalam air, upaya sang suami untuk menghibur istrinya.
"Tempat ini telah menjadi rumah baru bagi banyak wanita muda lainnya, juga menjadi tempat mereka menghabiskan hari-hari terakhir mereka. Banyak dari mereka diusir dari desa tempat mereka dilahirkan. Bagi mereka, lautan telah memberikan mereka tempat perlindungan yang aman. Tempat di mana mereka bisa tidur nyenyak tanpa takut diganggu. Tempat di mana mereka bisa menyebutnya sebagai rumah."

Namun wanita muda ini tidak menginginkan rumah baru yang dihiasi mutiara dan kerang yang indah. Pemandangan yang memukau dari dasar samudra, dan makhluk-makhluk yang berkeliaran di kegelapan, memenuhi dirinya bukan dengan kedamaian namun ketakutan. Waktu terus berlalu, dan semakin lama dia tinggal di dalam laut tanpa mengetahui matahari terbit atau terbenam, semakin dia merindukan rumahnya tempat dia bertumbuh besar. Dan semakin lemahlah kondisinya.
Sampai pada suatu hari, sang Dewa Laut merasakan keresahan hati sang pengantin. Walau dengan bersedih hati atas pilihannya, dia akhirnya mengizinkan pengantinnya pergi dengan keputusannya sendiri.
"Di dunia manusia yang penuh dengan kehancuran, akan tiba saatnya di mana kamu akan menyesali keputusanmu ini." Dewa Laut mengambil sebuah kerang di pinggangnya dan memberikannya sebagai hadiah perpisahan.
"Akan datang hari di mana kamu akan meniup kerang ini dan akan menimbulkan suara bagai terompet. Pada hari itu, kamu akan kembali ke tempat ini."

Gadis muda itu mengambil kerang tersebut dan kembali ke desanya. Tahun silih berganti, dan dia sendiri telah menjadi seorang ibu. Dan saat dia menjalani hidupnya yang sederhana dan damai, istana dalam laut seolah seperti mimpi masa kecilnya. Pemandangan yang memesona dan makhluk aneh sesekali muncul dalam benaknya dari dalam ingatannya, namun jarang terjadi, dan dia selalu menyingkirkan mereka dari benaknya. Dia terus hidup seperti itu dari tahun ke tahun. Sampai suatu waktu, saat festival itu datang sekali lagi, tetua desa datang ke rumahnya. Untuk mengambil putrinya. Dan saat itulah dia mengerti mengapa Dewa Laut berkata mengenai penyesalannya, dan akan dirinya yang akan kembali bertahun-tahun yang lalu.
Saat malam festival, dia meniup ke dalam kerang dan menimbulkan bunyi seperti terompet.
Dewa Laut merespon panggilannya, bangkit dan mengendarai ombak sampai ke desa. Gelombang pasang datang menyelimuti desa, menelan penduduk desa dan para tetua yang tertidur. Terpesona oleh ular laut raksasa, kereta kerang raksasa berhenti di hadapannya, memesona dengan mutiara yang berkilauan.
Sang ibu memegang tangan putrinya dan naik ke kerang Dewa Laut, persis seperti yang dia ingat sewaktu kecil. Hanya saja kali ini, desa yang ditinggalkannya telah menjadi reruntuhan di dasar laut.

Catatan Jueyun: Wuwang

Catatan Jueyun: Wuwang
Catatan Jueyun: WuwangNameCatatan Jueyun: Wuwang
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKompilasi dari berbagai cerita legenda di Liyue, berisi banyak cerita yang ditulis dengan singkat dan jelas, digemari oleh semua orang, dan selalu menjadi topik pembicaraan. Edisi ini menceritakan tentang asal-usul Wuwang Hill.
-Wuwang-
Di antara perbukitan di utara Mt. Qingce, terdapat lereng gunung yang dinamakan Wuwang Hill. Suasananya yang suram dan lembap menyebabkan banyak cerita-cerita horor yang beredar di sana.
Penduduk Liyue sering menceritakan kisah tentang roh-roh yang gentayangan di hutan di dalam Wuwang Hill. Roh-roh tersebut sering terlihat di sekitar desa angker tak berpenghuni dan pepohonan tandus, seakan-akan tidak rela melepas hal-hal yang tertinggal di masa hidup mereka. Roh-roh gentayangan ini sering memengaruhi para pengunjung yang lewat, membuat pengunjung berjalan ke jalan gunung yang penuh bahaya... membuat mereka terjatuh ke dalam jurang, ataupun dilahap oleh monster yang bersembunyi.
Nama Wuwang sendiri juga berasal dari cerita ini - membuat kesalahan dan bertanggung jawab atas kesalahan diri sendiri. Bahkan pengembara yang cerdas dan bijaksana pun, dapat tersesat karena diselimuti dengan kabut tipis yang jahat.
Ada saja penduduk desa dan pengunjung tak bersalah yang terpikat oleh tipu muslihat hantu-hantu tersebut. Mereka berjalan masuk ke dalam hutan gelap yang tak pernah disinari matahari, yang penuh dengan marabahaya. Berbagai jenis tipu muslihat dilakukan oleh para hantu. Ada yang merasuki pengunjung agar merasa kehilangan, atau merasakan penyesalan terdalam. Atau ada juga yang menyamar menjadi orang-orang tersayang yang sudah mati, memanggil-manggil para pengunjung agar terpikat masuk ke dalam.
Tetapi Wuwang Hill yang dulu bukanlah Wuwang Hill yang sekarang. Belum lama berselang, masih ada penghuni yang tinggal di sana. Dari jauh masih terlihat asap masakan yang mengepul di langit, beserta kelap-kelip lampu dari jendela rumah penghuninya. Namun sekarang, rumah-rumah itu menjadi tempat angker tak berpenghuni. Yang tersisa hanyalah roh-roh gentayangan dengan suara-suara yang membuat hati bergidik.
Ada dongeng yang sering diceritakan untuk anak-anak Desa Qingce: Anak-anak muda yang berjalan di Wuwang Hill terpikat oleh nyanyian monster laut dari kejauhan. Demi mengejar impian dan imajinasi di masa kecil, satu demi satu dari mereka terjun ke dalam arus air di danau yang tenang, membiarkan diri terapung sampai ke Sea of Clouds, hingga kenangan akan hutan dan desa menyatu dengan deburan ombak... Kemudian, impian mereka pun menjadi nyanyian monster laut.
Satu demi satu generasi muda pergi, dan para lansia pun meninggalkan dunia dalam penyesalan. Sampai akhirnya kota pelabuhan yang dikembangkan Rex Lapis memancarkan sinar kejayaannya, lalu pelan-pelan menelan kesuraman desa angker dalam kesunyian.
Berbeda dengan umat manusia yang berumur pendek, segala yang terjadi ternyata terukir di tanah Wuwang. Unsur elemen bertumpahan keluar menjadi roh, memunculkan kembali semua mimpi buruk dan mimpi indah penduduknya. Sama seperti seorang ibu yang kehilangan anaknya, berusaha mencari cara untuk pulih seperti sedia kala. Tanah Wuwang yang tak berhati menciptakan sosok mantan penghuni berulang kali, mengulangi suara tangisan bayi, suara desahan orang tua, mengulangi setiap kejadian suka dan juga duka. Sama seperti nyanyian monster laut raksasa, suara-suara itu tanpa sadar menggoda setiap jiwa untuk menerobos masuk dan bernostalgia.

Catatan Jueyun: Peri Gunung

Catatan Jueyun: Peri Gunung
Catatan Jueyun: Peri GunungNameCatatan Jueyun: Peri Gunung
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKompilasi dari berbagai cerita legenda di Liyue, berisi banyak cerita yang ditulis dengan singkat dan jelas, digemari oleh semua orang, dan selalu menjadi topik pembicaraan. Edisi ini menceritakan tentang Seelie gunung yang misterius.
-Peri Gunung-
Di tengah hutan Liyue, ada banyak peri-peri gunung tak bertuan yang beterbangan. Makhluk-makhluk bercahaya ini tinggal di awan dan kabut pegunungan, di dalam reruntuhan kota, atau di dalam desa-desa yang sudah tak berpenghuni. Mereka membimbing para pengembara yang memiliki Vision, menuntun mereka untuk menemukan harta karun atau mekanisme kuno yang sudah lama terkubur.
Menurut penduduk Liyue, peri-peri kecil ini adalah simbol keberuntungan, dan merupakan jiwa yang ditinggalkan oleh Archon tanpa nama. Ada juga yang berpikir bahwa, peri-peri ini adalah peninggalan dari pengunjung asing yang telah kehilangan orang tercinta. Mereka ditinggalkan di pegunungan untuk membimbing para pengembara yang kesepian dalam perjalanan.
Ada sebuah legenda kuno di desa Liyue: Dikatakan bahwa peri yang berkeliaran di pegunungan, berusia lebih tua dari Adeptus mana pun. Mereka memiliki bentuk yang indah dan kecerdasan yang agung. Mereka sejak dulu terbang melewati pegunungan, hutan, dan kota, bahkan sebelum saat Rex Lapis berperang melawan para Archon.
Di saat tertentu yang tidak dapat diingat, nenek moyang peri bertemu dengan pengembara asing. Mereka kemudian mengikrarkan janji di istana bulan dengan disaksikan oleh 3 saudari. Tetapi sebulan setelahnya, bencana pun datang... Peri dan kekasihnya melarikan diri dari keretakan dunia, namun ke mana pun mereka pergi, bencana demi bencana terus mengikuti mereka. Hukuman kejam memisahkan mereka untuk selamanya, dan bahkan ingatan mereka juga dihancurkan.
Beserta dengan saudari-saudarinya, peri yang kehilangan kekasih melewati hari dalam kesengsaraan. Mereka semakin hari semakin redup... Bentuk mereka yang indah juga pecah menjadi serpihan dan terpencar di pegunungan, hutan, reruntuhan... Serpihan-serpihan itulah yang kemudian menjadi peri-peri kecil. Mereka melupakan dan meninggalkan banyak hal... Suara dan kecerdasan mereka sirna, yang tersisa kini adalah nyanyian yang penuh dengan kesedihan. Karena itulah, peri-peri kecil yang masih mengenang sang kekasih mulai menuntun para pengembara yang singgah. Kenangan akan masa-masa indah itu mereka salurkan dalam reruntuhan-reruntuhan tua, meja rias yang terkubur lama, atau puisi-puisi yang susah untuk ditafsirkan.
Tentu saja, legenda-legenda aneh ini hanyalah khayalan para penduduk Liyue tentang zaman sebelum Rex Lapis datang memerintah. Cerita mengenai peri-peri tersebut memiliki banyak versi yang beredar, hingga saat ini, tidak ada yang tahu asal-usul peri-peri yang sebenarnya.

Catatan Jueyun: Qilin

Catatan Jueyun: Qilin
Catatan Jueyun: QilinNameCatatan Jueyun: Qilin
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKompilasi dari berbagai cerita legenda di Liyue. Berisi banyak cerita pendek yang digemari oleh semua orang. Edisi ini menceritakan tentang sejarah antara Qilin dan manusia.
——Qilin——
Dalam legenda di antara pegunungan Liyue, Qilin adalah hewan mistis yang mulia dan baik hati. Qilin sering muncul di antara hutan dan pegunungan, tetapi hanya saat malam hari di mana cahaya bintang menyinari embun yang jernih. Qilin juga hanya meminum air jernih dari mata air dan makan tumbuhan obat-obatan.
Qilin adalah hewan mistis yang sangat lembut, dengan sifat anggun dan elegan yang mengalir di dalam darahnya. Konon Qilin tidak akan pernah melukai makhluk hidup apa pun, mereka tidak akan menginjak serangga kecil atau merusak sehelai rumput sekalipun. Orang-orang memercayai bahwa setiap gerak-gerik dan kebiasaan Qilin mengikuti sebuah etiket kuno yang tidak pernah berubah selama ribuan tahun.
Setelah era Perang Archon berakhir, banyak Adeptus yang tidak bisa beradaptasi dengan kehidupan manusia yang sangat ramai dan bising. Akhirnya dengan bantuan Rex Lapis, mereka memisahkan diri dari dunia manusia dan hidup di antara hutan bambu dan gunung-gunung. Mereka memutuskan untuk tidak mencampuri urusan manusia, dan beristirahat dengan tenang di atas gunung dan mata air.
Tetapi juga ada sebagian Adeptus yang menjalin hubungan sangat erat dengan para manusia setelah melewati ribuan tahun bersama-sama. Para Adeptus ini memutuskan untuk menjalankan kehendak Lord Geo, yaitu membantu para manusia dengan kekuatan Adeptusnya. Mungkin mereka berada di pelosok desa yang sepi, atau di jalanan kota yang ramai; Mereka hidup berdampingan dengan manusia dan meninggalkan jejak yang unik di antara jalanan dan rumah-rumah Pelabuhan Liyue.

Menurut salah satu dongeng rakyat, lebih dari seribu tahun yang lalu, ada satu Qilin yang telah menjalin hubungan erat dengan manusia yang masih barbar.
Dongeng ini mengisahkan tentang zaman purba di mana semua orang masih mengenakan pakaian dari dedaunan.
Pada suatu malam, seorang pengumpul tanaman obat-obatan sedang membersihkan dirinya di kolam pegunungan. Tiba-tiba muncul seekor Qilin dan memakan pakaian yang dia letakkan di samping. Hewan mistis ini masih terlalu muda untuk mengerti rasa malu manusia, dan masih belum mempelajari cara berperilaku di dunia manusia.
Untuk menebus kesalahannya dan agar manusia itu tidak terkejut dengan wujud mistisnya, Qilin itu berubah menjadi wujud manusia. Bercahayakan sinar bulan yang terpantul di permukaan kolam, wujud seorang wanita pun menampakkan dirinya di hadapan pengumpul tanaman obat itu.
Tapi bagaimanapun juga Qilin itu tidak mengerti tentang rasa malu dunia manusia. Dia berdiri tenang bermandikan cahaya bulan dan kunang-kunang, hanya mengenakan embun dan sinar bulan sebagai pakaiannya. Bersama dengan manusia polos itu, mereka berjalan dan berkeliling di antara bunga-bunga dan hutan bambu. Sang Qilin membawa manusia itu ke kediaman para Adeptus, menerjemahkan bahasa para hewan, hingga akhirnya mereka tertidur di antara nyanyian para serangga, bersama-sama memimpikan sebuah mimpi kuno...
Ketika cahaya matahari pagi membangunkan si pengumpul tanaman obat itu, sang hewan mistis itu telah menghilang tanpa jejak.

Ada banyak versi yang beredar tentang apa yang terjadi selanjutnya. Salah satunya bercerita bahwa suatu malam, sang Qilin meletakkan sebuah keranjang bambu di depan rumah si pengumpul tanaman obat tersebut, kemudian pergi menghilang di antara cahaya bulan. Saat pria itu pulang, dia menemukan seorang bayi sedang tertidur lelap di dalam keranjang bambu itu.
Ada juga yang mengatakan bahwa sang Qilin akhirnya hidup bersama dengan kaum manusia, melahirkan seorang anak, dan menjadi terbiasa dengan konflik di dunia manusia...

Tidak ada yang tahu pasti tentang kisah ribuan tahun lalu ini. Tetapi pada kenyataannya, hewan mistis yang elegan itu hidup di tengah-tengah penduduk Liyue, bersembunyi di antara lautan manusia, menunggu saat di mana Rex Lapis memanggil mereka sekali lagi.

Catatan Jueyun: Giok Tersembunyi

Catatan Jueyun: Giok Tersembunyi
Catatan Jueyun: Giok TersembunyiNameCatatan Jueyun: Giok Tersembunyi
Type (Ingame)Item Quest
FamilyBook, Catatan Jueyun
RarityRaritystrRaritystrRaritystr
DescriptionKompilasi dari berbagai cerita legenda di Liyue. Berisi banyak cerita pendek yang digemari oleh semua orang. Edisi ini menceritakan tentang Dunyu Ruins.
——Giok Tersembunyi——
Terdapat banyak reruntuhan kuno di lembah sebelah barat laut Pelabuhan Liyue dan di selatan Nantianmen.
Salah satunya adalah Dunyu Ruins. Konon reruntuhan ini sudah ada bahkan sebelum era Perang Archon dimulai.
Menurut legenda kuno yang tersebar dari mulut ke mulut, arti "Dunyu" adalah "tempat pelarian batu-batu giok yang indah".
Pada zaman dahulu kala, saat Rex Lapis masih berumur muda, sebuah meteor jatuh dari langit ke sebuah dataran gersang di bagian barat Liyue. Dataran ini ini berubah menjadi kawah yang sangat besar dan dalam karena dampak benturan meteorit tersebut. Tetapi meteorit itu juga menjadi sumber batu giok yang sangat indah dan jumlahnya tak terbatas. Giok inilah yang menjadi awal mula dari industri pertambangan di Liyue selama ribuan tahun.
Diceritakan dalam sebuah legenda bahwa saat meteor itu jatuh, sebagian pecahannya terjatuh di bebatuan di bagian utara Lisha.
Seperti yang kita tahu, bebatuan tidak bisa bersuara tetapi sebenarnya memiliki aura dan jiwa. Meski mata manusia tidak bisa melihatnya, dan pengetahuan kita belum bisa memahaminya, tetapi batu-batu itu terus mengamati dan mendengarkan detak ley line, gema dari mata air di pegunungan, serta pergerakan gunung yang pelan tapi pasti.
Tetapi berbeda dengan bebatuan di bumi yang tenang dan kokoh, pecahan meteorit yang jatuh dari langit ini memiliki sifat yang angkuh dan tidak sabar.

Setelah itu terjadilah peperangan sengit antara ribuan dewa dan raja yang berebut untuk menjadi penguasa tertinggi. Bintang-bintang di langit dan jurang terdalam pun kehilangan cahayanya, berbagai bencana dan tragedi mencemarkan mata air dan pegunungan. Meteorit yang jatuh ini sudah tidak tahan untuk tinggal lebih lama lagi. Meski jurang raksasa itu telah membujuknya untuk tinggal, tetapi dia akhirnya tetap terbang tinggi ke angkasa.
Batu giok raksasa itu pun meninggalkan sebuah kawah besar setelah dia pergi kembali ke langit. Kawah inilah yang menjadi fondasi di mana para manusia membangun kota dan benteng yang kokoh. Manusia secara tidak langsung terjaga dan terlindungi berkat sang bintang jatuh tersebut.
Meski diterpa angin dan badai selama ribuan tahun, tetapi kota Dunyu Valley yang kokoh ini tetap berdiri tegak. Mereka juga masih menjalin hubungan yang makmur dengan Pelabuhan Liyue hingga lima ratus tahun yang lalu.
Tapi seiring dengan bencana kegelapan yang menyerang dan kebangkitan Abyss, para penduduk Dunyu menyegel kota kuno mereka dan mengungsi ke daratan lain. Tidak ada orang yang tahu alasan mereka menutup erat pintu kota asal mereka, bahkan Adeptus dan Yaksha yang telah berumur ribuan tahun pun enggan berbicara tentang hal ini.
Maka benteng kokoh yang tertinggal itu perlahan-lahan berubah menjadi kota mati raksasa, tidak ada yang tersisa melainkan suara air danau dan suara angin menerpa aula yang kosong —— hingga akhirnya para penduduk Liyue memberi nama tempat ini: Reruntuhan Dunyu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

TopButton